Mudika adalah organisasi muda/mudi katolik.Biasanya setiap grup menggunakan gereja sebagai tempat pertemuan dan perkumpulan, meskipun ada beberapa yang memiliki tempat sendiri, namun, sekarang ini Mudika lebih dikenal dengan nama OMK (Orang Muda Katolik).
Tujuan organisasi ini adalah membimbing muda/mudi katolik untuk menjalani hidup Kristiani dari masa muda, mengembang kan kepercayaan di antara rekan, dan hidup bahagia dalam arti positif.Aktivitas bervariasi sesuai dengan budaya lokal, pada umumnya termasuk doa, bernyanyi, penjualan amal, mengunjungi orang sakit, dan lain-lain.



Minggu, 22 Maret 2009

Ketika Cinta Sejati Bicara…

Ketika Cinta Sejati Bicara…Saat Dwi berniat memperkenalkan Bethania kepada kedua orang tuanya, dengan tegas ibu Dwi menolak hubungan cinta yang telah terjalin di antara mereka. Di mata ibunda Dwi, Bethania bukanlah calon yang pantas untuk Dwi, anaknya. Dwi yang saat itu sedang mengikuti pendidikan di sekolah penerbangan akan menjadi seorang pilot dengan masa depan yang cemerlang. Sedangkan Bethania sendiri bukan berasal dari keluarga yang terhormat. Apalagi mereka berbeda suku. Namun penolakan keluarga Dwi tidak membuat Bethania mundur. Ia tetap setia kepada Dwi dan berusaha mempertahankan hubungan mereka dengan sebaik-baiknya.


Dwi sendiri, meskipun ditentang oleh keluarganya, tetap mempertahankan hubungan cintanya dengan Bethania. Dalam kesehariannya, pikiran Dwi dipenuhi dengan impiannya untuk menjadi seorang pilot. Dwi bahkan berjanji kepada Bethania akan mengajaknya terbang tinggi ke angkasa suatu hari nanti.

Demi menepati janjinya, Dwi terus mengasah kemampuannya. Namun di pagi itu, tanggal 28 Januari 1997, saat Dwi seperti biasa menjalani latihan penerbangannya, alam berkata lain. Tiba-tiba, akibat kabut yang sangat tebal, pesawat yang ditumpangi Dwi menabrak Gunung Gede. Seluruh badan pesawat itu hancur dan terbakar. Tim evakuasi baru tiba di lokasi kejadian pukul 2 siang. Tubuh Dwi ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

Pagi itu, sebelum terbang, Dwi mengabari Bethania mengenai rencana penerbangannya hari itu dan berjanji akan segera memberi kabar kepada Bethania kalau ia sudah mendarat. Namun sampai jam 10 pagi, kabar dari Dwi tak kunjung datang. Hati Bethania menjadi tidak tenang karena seharusnya Dwi tiba di tujuan sejak jam 8 pagi tadi. Telpon pun akhirnya berdering. Dan berita kecelakaan itu pun sampai di telinga Bethania.

Keluarga Dwi sama sekali tidak mau memberikan informasi kepada Bethania mengenai keadaan Dwi. Tak sanggup menahan rasa kuatirnya, empat hari setelah kecelakaan Bethania mendatangi rumah sakit tempat Dwi dirawat. Bukannya informasi yang di dapatnya, melainkan penolakan demi penolakan dari keluarga Dwi harus dihadapi Bethania. Makian demi makian dilontarkan kepada Bethania karena ia dianggap hanya membawa sial bagi kehidupan Dwi dan Bethania tidak diijinkan sama sekali untuk mendekati Dwi. Tidak cukup sampai di situ, Bethania pun sempat diludahi oleh salah satu anggota keluarga Dwi.

Dalam kesedihan yang mendalam, Bethania pergi ke kapel rumah sakit dan berdoa. Bethania berdoa memohon supaya Tuhan tidak mengambil nyawa Dwi. Bahkan Bethania bernazar, kalau memang Tuhan mengijinkan Dwi hidup, Bethania berjanji di hadapan Tuhan, apapun yang akan terjadi, Bethania akan setia mendampingi Dwi sampai selama-lamanya. Begitu Bethania selesai mengucapkan janji itu, di saat yang bersamaan Dwi mulai siuman. Dan pada saat Dwi siuman, tanpa Dwi sadari ia memanggil nama Bethania, kekasihnya. Namun Bethania tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depannya.

Untuk kesekian kalinya cinta Bethania dan Dwi diterpa cobaan. Namun cobaan yang terbesar baru akan terjadi. Keluarga Dwi pun pada akhirnya mengijinkan Bethania untuk bertemu dengan Dwi. Namun Bethania tidak dapat mengenali wajah Dwi lagi. Luka bakar yang diderita Dwi akibat kecelakaan itu sangat parah. Dwi sendiri frustasi saat mengetahui kondisi fisiknya yang sudah tidak berbentuk lagi. Secara fisik kepalanya botak, jari-jari tangannya cacat dan dari pinggang ke atas tubuh Dwi sudah cacat.

Secara psikologis, Dwi merasakan penderitaan yang besar karena tiga bulan lagi ia seharusnya sudah dapat diwisuda dari sekolah penerbangan tersebut. Di rumah sakit, Dwi dikenal sebagai pasien yang paling galak. Dwi sering memaki-maki para suster dan dokter sebagai konpensasi dari kekecewaannya terhadap kondisi fisiknya yang cacat. Hatinya sangat hancur dengan kejadian ini. Cita-citanya dan harapannya untuk berprofesi sebagai pilot pupus sudah.

Dwi sempat mau mengakhiri hidupnya karena tidak dapat menerima kenyataan yang menyakitkan ini. Ada banyak pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya mengapa semua ini harus menimpa dirinya. Dwi menjadi orang yang minder karena semua orang memandangnya dengan pandangan yang aneh. Namun Bethania tetap menguatkan Dwi dan berjanji untuk senantiasa mendampinginya. Cinta Bethania lah yang menjadi kekuatan bagi Dwi. Harapan Dwi mulai tumbuh setelah Dwi menjalani 15 kali operasi rekonstruksi. Namun sebuah kabar merusak segalanya.

Perawatan Dwi membutuhkan biaya yang sangat besar. Dan pemerintah menghentikan bantuan biaya yang selama ini telah diberikan untuk perawatan Dwi. Bethania sendiri mendengar selentingan kabar bahwa orang tua Dwi akan mengasingkan Dwi, mengisolasinya ke daerah terpencil. Bethania sangat tidak rela Dwi diperlakukan seperti itu.

Dengan tekad bulat dan penuh keberanian, Bethania mendatangi orang tuanya dan menyampaikan maksudnya untuk menikah dengan Dwi. Tentu saja orang tua Bethania menolak dengan keras keinginan Bethania ini. Tapi Bethania tetap bersikeras ingin menikahi Dwi karena Bethania tidak rela kalau sampai Dwi dibawa ke daerah pedalaman oleh keluarganya. Pada akhirnya, Bethania memberanikan diri mendatangi orang tua Dwi dan pada saaat itulah, Bethania melamar Dwi.

Akhirnya, setelah melalui 25 kali operasi rekonstruksi dan dirawat di rumah sakit selama 1,5 tahun, tanggal 17 Juli 1999, Bethania dan Dwi dipersatukan dalam pernikahan kudus.

“Rasa percaya diri yang mulai muncul itu tidak seketika. Kepercayaan diri itu mulai bertumbuh empat tahun setelah kecelakaan. Itu bukan suatu hal yang singkat. Saya yakin dan percaya bahwa Ibeth (panggilan Bethania), yang sekarang sudah menjadi istri saya, dia adalah seorang penolong yang Tuhan hadirkan di dalam hidup saya. Mungkin kalau tidak ada Ibeth yang Tuhan kirimkan di dalam hidup saya, saya bisa jadi orang gila saat ini atau mungkin saya sudah bunuh diri atau mungkin juga saya akan menjadi orang yang memiliki sifat dan karakter tidak seperti sekarang,” aku Dwi dalam kesaksiannya mengenai Bethania, istrinya.

Kini Bethania dan Dwi melayani orang yang sedang mengalami keterpurukan seperti Dwi. Lewat kisah mereka, mereka mau membuktikan bahwa hanya kasih Yesus saja yang sanggup mempersatukan mereka. Sebuah kasih tanpa syarat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar