Tanggal 21 Juni 2009 merupakan HUT Paroki St. Aloysius Gonzaga.
Banyak sekali kegiatan yang di adakan dalam menyambut HUT paroki di cijantung ini, salah satunya adalah lomba Liturgi dimana dalam satu kali misa, salah satu wilayah di paroki ini bertugas mulai dari Lektor/Lektris, Pemazmur, Koor, Kolektan, juga tata tertib. Dan menariknya lagi untuk tugas koor di berikan kepercayaan kepada mudika di masing- masing wilayah untuk bertugas, dan kepercayaan yang diberikan kepada mudika tidak di di sia-siakan begitu saja oleh mudika di masing-masing wilayahnya, termasuk mudika wilayah satu. kami latihan kurang lebih satu bulan, meskipun personilnya kurang memadai, namun dengan dukungan orang tua yang masih berjiwa muda, dimana mereka juga ikut ambil bagian dalam personil paduan suara, maka kami para kaum muda bersemangat untuk latihan. Memang di awal latihan kami kurang begitu paham mengenai lagu dan seluk beluknya, namun dengan keinginan kami berlatih, akhirnya kami dapat juga mempersembahkan lagu-lagu tersebut. dan hasilnya wilayah kami mendapatkan juara II, untuk kekompakan wilayah kami dalam tugas. Semoga saja langkah orang muda katholik tidak hanya berhenti sampai di lomba koor ini saja, tetapi dapat terus berkarya di masa yang akan datang.
Selamat untuk wilayah I dan Orang muda katholik di wilayah I.
untuk melihat foto-foto selama latihan dan lomba koor orang muda katholik
Tujuan organisasi ini adalah membimbing muda/mudi katolik untuk menjalani hidup Kristiani dari masa muda, mengembang kan kepercayaan di antara rekan, dan hidup bahagia dalam arti positif.Aktivitas bervariasi sesuai dengan budaya lokal, pada umumnya termasuk doa, bernyanyi, penjualan amal, mengunjungi orang sakit, dan lain-lain.
Kamis, 25 Juni 2009
HUT Paroki St. ALoysius Gonzaga
Minggu, 24 Mei 2009
Orang Bodoh dan Orang Pintar
Saya tertarik dengan tulisan ini yang sangat unik, lucu dan penuh makna. Jujur aja disaat saya membaca tulisan ini saya tertawa dan termenung sambil memahami makna dari tulisan ini yang sangat enak dibaca. Gak usah membuang waktu isi dari tulisan ini adalah :
Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya dia bisnis. Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang Pintar. Walhasil Boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.
Orang bodoh sering melakukan kesalahan, maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah. Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.
Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya mendapatkan kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.
Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, maka disuruh orang pintar untuk membuatnya.
Orang Bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH). Oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.
Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan, sementara itu orang pintar percaya. Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh. Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada diatas.
Orang bodoh berpikir pendek, untuk memutuskan sesuatu dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar, walhasil orang orang pintar menjadi staffnya orang bodoh.
Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang-orang pintar yang berkerja. Tapi orang-orang pintar DEMO, walhasil orang-orang pintar "meratap-ratap" kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.
Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pinter akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.
Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan duit. Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.
Bill Gates (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group). Adalah orang-orang bodoh (tidak pernah dapat S1) yang kaya. Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka. Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.
PERTANYAAN:
Jadi mending jadi orang pinter atau orang bodoh??
Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh??
Mulia mana antara orang pinter atau orang bodoh??
Susah mana antara orang pinter atau orang bodoh??
Kesimpulan:
Jangan lama-lama jadi orang pinter, lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh.
Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh.
Kata kunci nya adalah "resiko" dan "berusaha", karena orang bodoh berpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil. Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut, dan mengabdi pada orang bodoh.
Selasa, 28 April 2009
Malam Tahun Baru 2009
tanggal 31 desember 2008, sebagian dari mudika wilayah 1 berkumpul di gereja St. Valentino, Kopassus-Cijantung untuk menyambut tahun baru 2009. Yang berkumnpul memang tidak terlalu banyak, hanya sebagian dari anggota mudika wilayah satu yang masih mau peduli dengan kelangsungan organisasi MUSA, namun dengan hadirnya romo Agustinus Malo Bulu dapat menambah suasana menjadi akrab. Acaranya sangat sederhana, hanya bakar ayam di lanjutkan dengan makan bersama, setelah itu di lanjutkan dengan acara senda gurau.
Semoga ada lagi acara/kegiatan yang berguna untuk kelangsungan organisasi MUSA, sehingga organisasi ini dapat terus maju dan berkembang. Amin.
untuk melihat sebagian foto kegiatan malam tahun baru
Minggu, 22 Maret 2009
Yesus tetap berjalan di tengah-tengah kita
•April 5, 2008 • 1 Komentar (Sunting)
- Bacaan I : Kis 6:1-7
- Bacaan Injil : Yoh 6:16-21
Renungan
Tak dapat dipungkiri bahwa gelora gelombang kehidupan ini sering menerpa hidup kita. Tidak sedikit orang yang hidupnya menjadi oleng, bahkan tenggelam oleh derasnya arus dunia ini. Padahal, dalam badai kehidupan yang menunjang di dunia ini, Yesus tetap berjalan di tengah-tengah kita. Sayangnya, kerap kehadiran Yesus ini tidak kita sadari.
Mengapa kita takut pada Tuhan pada saat kita merasa lemah menghadapi aneka terpaan gelombang masalah? “Jangan takut! Ini Aku!” demikian Yesus menegaskan kepada kita yang kerap takut saat badai menerjang perahu kehidupan kita.
Biarkanlah Dia memasuki perahu hidup kita. Percayalah, Dia sendirilah yang akan mengantar perahu kehidupan kita sampai ke tujuan dengan selamat, kendati ombak dan angin kencang tetap mengganas di sekitar hidup kita.
Tuhan, andai sejak semula aku sadar bahwa Engkau selalu hadir dan berjalan bersamaku, kiranya ketakutan tak akan menghinggapiku. Mari, masuklah ke dalam perahu hidupku dan kupasrahkan diriku untuk Kauantar pada keselamatan. Amin.
Ketika Cinta Sejati Bicara…
Ketika Cinta Sejati Bicara…Saat Dwi berniat memperkenalkan Bethania kepada kedua orang tuanya, dengan tegas ibu Dwi menolak hubungan cinta yang telah terjalin di antara mereka. Di mata ibunda Dwi, Bethania bukanlah calon yang pantas untuk Dwi, anaknya. Dwi yang saat itu sedang mengikuti pendidikan di sekolah penerbangan akan menjadi seorang pilot dengan masa depan yang cemerlang. Sedangkan Bethania sendiri bukan berasal dari keluarga yang terhormat. Apalagi mereka berbeda suku. Namun penolakan keluarga Dwi tidak membuat Bethania mundur. Ia tetap setia kepada Dwi dan berusaha mempertahankan hubungan mereka dengan sebaik-baiknya.
Dwi sendiri, meskipun ditentang oleh keluarganya, tetap mempertahankan hubungan cintanya dengan Bethania. Dalam kesehariannya, pikiran Dwi dipenuhi dengan impiannya untuk menjadi seorang pilot. Dwi bahkan berjanji kepada Bethania akan mengajaknya terbang tinggi ke angkasa suatu hari nanti.
Demi menepati janjinya, Dwi terus mengasah kemampuannya. Namun di pagi itu, tanggal 28 Januari 1997, saat Dwi seperti biasa menjalani latihan penerbangannya, alam berkata lain. Tiba-tiba, akibat kabut yang sangat tebal, pesawat yang ditumpangi Dwi menabrak Gunung Gede. Seluruh badan pesawat itu hancur dan terbakar. Tim evakuasi baru tiba di lokasi kejadian pukul 2 siang. Tubuh Dwi ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
Pagi itu, sebelum terbang, Dwi mengabari Bethania mengenai rencana penerbangannya hari itu dan berjanji akan segera memberi kabar kepada Bethania kalau ia sudah mendarat. Namun sampai jam 10 pagi, kabar dari Dwi tak kunjung datang. Hati Bethania menjadi tidak tenang karena seharusnya Dwi tiba di tujuan sejak jam 8 pagi tadi. Telpon pun akhirnya berdering. Dan berita kecelakaan itu pun sampai di telinga Bethania.
Keluarga Dwi sama sekali tidak mau memberikan informasi kepada Bethania mengenai keadaan Dwi. Tak sanggup menahan rasa kuatirnya, empat hari setelah kecelakaan Bethania mendatangi rumah sakit tempat Dwi dirawat. Bukannya informasi yang di dapatnya, melainkan penolakan demi penolakan dari keluarga Dwi harus dihadapi Bethania. Makian demi makian dilontarkan kepada Bethania karena ia dianggap hanya membawa sial bagi kehidupan Dwi dan Bethania tidak diijinkan sama sekali untuk mendekati Dwi. Tidak cukup sampai di situ, Bethania pun sempat diludahi oleh salah satu anggota keluarga Dwi.
Dalam kesedihan yang mendalam, Bethania pergi ke kapel rumah sakit dan berdoa. Bethania berdoa memohon supaya Tuhan tidak mengambil nyawa Dwi. Bahkan Bethania bernazar, kalau memang Tuhan mengijinkan Dwi hidup, Bethania berjanji di hadapan Tuhan, apapun yang akan terjadi, Bethania akan setia mendampingi Dwi sampai selama-lamanya. Begitu Bethania selesai mengucapkan janji itu, di saat yang bersamaan Dwi mulai siuman. Dan pada saat Dwi siuman, tanpa Dwi sadari ia memanggil nama Bethania, kekasihnya. Namun Bethania tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depannya.
Untuk kesekian kalinya cinta Bethania dan Dwi diterpa cobaan. Namun cobaan yang terbesar baru akan terjadi. Keluarga Dwi pun pada akhirnya mengijinkan Bethania untuk bertemu dengan Dwi. Namun Bethania tidak dapat mengenali wajah Dwi lagi. Luka bakar yang diderita Dwi akibat kecelakaan itu sangat parah. Dwi sendiri frustasi saat mengetahui kondisi fisiknya yang sudah tidak berbentuk lagi. Secara fisik kepalanya botak, jari-jari tangannya cacat dan dari pinggang ke atas tubuh Dwi sudah cacat.
Secara psikologis, Dwi merasakan penderitaan yang besar karena tiga bulan lagi ia seharusnya sudah dapat diwisuda dari sekolah penerbangan tersebut. Di rumah sakit, Dwi dikenal sebagai pasien yang paling galak. Dwi sering memaki-maki para suster dan dokter sebagai konpensasi dari kekecewaannya terhadap kondisi fisiknya yang cacat. Hatinya sangat hancur dengan kejadian ini. Cita-citanya dan harapannya untuk berprofesi sebagai pilot pupus sudah.
Dwi sempat mau mengakhiri hidupnya karena tidak dapat menerima kenyataan yang menyakitkan ini. Ada banyak pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya mengapa semua ini harus menimpa dirinya. Dwi menjadi orang yang minder karena semua orang memandangnya dengan pandangan yang aneh. Namun Bethania tetap menguatkan Dwi dan berjanji untuk senantiasa mendampinginya. Cinta Bethania lah yang menjadi kekuatan bagi Dwi. Harapan Dwi mulai tumbuh setelah Dwi menjalani 15 kali operasi rekonstruksi. Namun sebuah kabar merusak segalanya.
Perawatan Dwi membutuhkan biaya yang sangat besar. Dan pemerintah menghentikan bantuan biaya yang selama ini telah diberikan untuk perawatan Dwi. Bethania sendiri mendengar selentingan kabar bahwa orang tua Dwi akan mengasingkan Dwi, mengisolasinya ke daerah terpencil. Bethania sangat tidak rela Dwi diperlakukan seperti itu.
Dengan tekad bulat dan penuh keberanian, Bethania mendatangi orang tuanya dan menyampaikan maksudnya untuk menikah dengan Dwi. Tentu saja orang tua Bethania menolak dengan keras keinginan Bethania ini. Tapi Bethania tetap bersikeras ingin menikahi Dwi karena Bethania tidak rela kalau sampai Dwi dibawa ke daerah pedalaman oleh keluarganya. Pada akhirnya, Bethania memberanikan diri mendatangi orang tua Dwi dan pada saaat itulah, Bethania melamar Dwi.
Akhirnya, setelah melalui 25 kali operasi rekonstruksi dan dirawat di rumah sakit selama 1,5 tahun, tanggal 17 Juli 1999, Bethania dan Dwi dipersatukan dalam pernikahan kudus.
“Rasa percaya diri yang mulai muncul itu tidak seketika. Kepercayaan diri itu mulai bertumbuh empat tahun setelah kecelakaan. Itu bukan suatu hal yang singkat. Saya yakin dan percaya bahwa Ibeth (panggilan Bethania), yang sekarang sudah menjadi istri saya, dia adalah seorang penolong yang Tuhan hadirkan di dalam hidup saya. Mungkin kalau tidak ada Ibeth yang Tuhan kirimkan di dalam hidup saya, saya bisa jadi orang gila saat ini atau mungkin saya sudah bunuh diri atau mungkin juga saya akan menjadi orang yang memiliki sifat dan karakter tidak seperti sekarang,” aku Dwi dalam kesaksiannya mengenai Bethania, istrinya.
Kini Bethania dan Dwi melayani orang yang sedang mengalami keterpurukan seperti Dwi. Lewat kisah mereka, mereka mau membuktikan bahwa hanya kasih Yesus saja yang sanggup mempersatukan mereka. Sebuah kasih tanpa syarat.
Senin, 09 Maret 2009
Bangkitlah Kaum Muda Katolik!
Kurangnya perhatian pimpinan gereja, ketiadaan dana serta keterbatasan informasi telah membuat para kaum muda Katolik bingung darimana harus memulai mendirikan seksi komunikasi. Kebingungan itu masih masuk akal jika terjadi di wilayah pedalaman. Namun jika kebingungan tersebut datang dari kaum muda di kota-kota besar, rasanya itu cukup ironis.
Arus deras informasi yang ini didukung oleh teknologi internet dan telepon selularpun, membuat kaum muda kita bertanya-tanya. Apa tugas bidang komunikasi di paroki-paroki? Jawaban yang paling gampang ditemukan adalah bahwa tugas seksi komunikasi itu ialah membuat bulletin, punya radio, punya studio rekaman, mengurus internet, serta media komunikasi lainnya.
Namun, jawaban di atas itupun masih membingungkan kaum muda di perkotaan. Ada asumsi bahwa memulai kegiatan komunikasi harus dari hirarki di atas. Pimpinan Gerejalah yang harus memulai dan membuat arahan komunikasi.
Kaum muda dengan semangat muda, seyogyanya bisa mendobrak tradisi tersebut. Masih segar di telinga kita bagaimana Barack Obama, kandidat muda berlatar belakang wartawan, akhirnya tampil sebagai calon presiden kulit hitam pertama di negara adidaya Amerika Serikat. Masih segar pula pembuktian bahwa internet menjadi faktor kunci kemenangan sang kandidat . Tampilnya Obama telah menjadi bukti betapa kekuatan arus informasi dan komunikasi yang didukung dengan semangat perubahan, mampu mendobrak undang-undang tak tertulis "Presiden Amerika Serikat harus berkulit putih".
Maka amatlah disayangkan jika kaum muda Katolik merasa terbentur dengan rintangan otoritas hirarki ataupun kekurangan sumber informasi. Ide-ide kreatif yang bergulir dari obrolan di café, kerjasama lintas sosial, ataupun penggalangan solidaritas karitatifpun, bisa menjadi langkah bagi awal kaum muda untuk membangun komunikasi bagi gerejanya. Mulai dari ide perayaan Valentin, donor darah, warnet, kerja bakti kebersihan kerjasama antara Mudika dan RT setempat sampai pada forum dialog formal, secara tidak langsung sudah menjadi sumber pewarta gerejanya.
Semua wujud fisik media seperti radio, tv, handphone dan internet hanyalah bentuk fisik sarana pewartaan. Gerak kaum muda sesungguhnya merupakan seksi komunikasi gereja yang sebenarnya.
"Maka, bangkitlah kaum muda! Buatlah sesuatu dengan semangat, maka Gereja akan berubah. Karena Gereja adalah dirimu juga!
Jumat, 27 Februari 2009
Masa Prapaskah & Masa Paskah
* Apa itu "Rabu Abu"?
* Apa itu "Masa Prapaskah"?
* Apa itu "Jalan Salib"?
* Apa itu "Hari Minggu Palma"?
* Apa peran Musa dan Elia ketika Yesus Dipermuliakan?
* Mengapa Masa Prapaskah berlangsung selama 40 hari?
* Mengapa kita berpuasa?
* Mengapa kita berpantang?
* Mengapa berpantang daging pada hari Jumat?
* Mengapa ranting-ranting Palma digunakan?
* Mengapa Kisah Sengsara Yesus disebut 'Passio'?
* Mengapa kita membaca Passio dua kali?
* Mengapa Yesus mengatakan akan menampakkan diri di Galilea?
* Mengapa Perayaan Paskah jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahun?
* Mengapa umat Katolik merayakan wafat Kristus lebih sering daripada merayakan
kebangkitan-Nya?
* Bagaimana Peraturan Pantang & Puasa?
* Bagaimana Penetapan Tanggal Paskah?
* Kemana Yesus pergi setelah Ia bangkit?
* Reliqui Yesus
Readmore »»
Rabu, 25 Februari 2009
MASA PRAPASKAH
Rabu Abu mengawali Masa Prapaskah
Rabu Abu juga dijalani dengan menerima tanda abu di dahi atau kepala. Kita diingatkan bahwa kita akan menjadi hancuran seperti abu. Tapi kita tidak akan tetap di situ bila kita mau membiarkan diri disempurnakan Allah sendiri...dengan percaya kepada Kabar Gembira. Khususnya bahwa Allah berani memperbaiki ciptaanNya dengan upaya khusus. Tinggal menerima. Tinggal ikut serta. Tinggal membiarkanNya semakin leluasa bertindak. Tinggal mengajak orang lain rela demikian.
Satu wilayah dapat dikembangkan dalam ukuran kecil tapi akan luas dampaknya, yakni menumbuhkan kesadaran lingkungan. Pendidikan kesadaran lingkungan, baik alami maupun sosial. Juga di situ akan dapat terjadi apa itu "membiarkan diri didamaikan dengan Allah." Ini juga persiapan menyambut Paskah - peristiwa utama yang mendamaikan manusia dengan Allah.
TENTANG PENERIMAAN ABU
Penerimaan abu pada Rabu Abu ini berasal dari kebiasaan yang ada pada abad pertengahan dalam menjalani denda dosa muka umum (penitensi umum). Mereka berpakaian berpakaian bahan kasar/bagor, dan menaburkan abu di atas kepala mereka. Dalam Perjanjian Lama ada kebiasaan menjalankan upacara menyesali dosa (juga upacara berkabung) dengan duduk bersimpuh di atas debu dan menaburi diri dengan abu itu, lihat Yes 58:5; 61:3; Yer 6:26 (menarik di baca, gulung koming!) Rabu Abu yang mengawali Masa Prapaskah (=masa puasa) ini ditandai dengan upacara pemberian abu di dahi (atau di bagian kepala yang dibotaki, ditonsur, bagi kaum klerus) seperti yang sekarang. Abu-nya diperoleh dari abu bakaran daun palem kering dari Minggu Palem tahun sebelumnya.
Kebiasaan ini sudah dikenal sejak abad ke-8. Pada zaman itu mulai dipakai kata-kata yang dibisikkan imam ketika menandai dahi dengan abu "Ingatlah, hai manusia, kamu dari debu dan akan kembali menjadi debu". (Rujukannya ialah Kej 3:19; kini sering lebih dibisikkan kutipan Mrk 1:15 "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!") Abu atau debu? Barangnya memang berbeda, tetapi dalam perkara upacara orang tidak pertama-tama memikirkan barangnya, tapi lambang serta yang diperlambangkan. Pemikiran simboliknya begini: baik abu maupun debu itu barang yang remeh, tak ada bobotnya, ditiup saja terhambur ke mana-mana dan akhirnya diinjak-injak. Dalam perkembangannya, diingat dua hal. Manusia menurut Kej 2:7 dibentuk dari debu tanah yang dihembusi nafas kehidupan Tuhan. Nah, kalau nafas kehidupan ini kembali ke Tuhan, maka manusia ya kembali ke debunya tanah tadi. Lebih lanjut, debu dan abu ini membuat orang menyadari betapa lemahnya manusia; ia dekat pada dosa (Ay 30:19, Kej 18:27). Itulah yang dapat diingat bila menerima tanda abu pada hari Rabu Abu.
Salam,
A. Gianto
Selasa, 06 Januari 2009
Menjual Keperawanan ... (Renungan.)
Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.
Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya.
Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:
'' Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? "
'' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
'' Lantas untuk apa anda duduk di sini?"
'' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..
'' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.''
'' Maksud, bapak? "
'' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''
'' Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual '' Kata wanita itu dengan suara lambat.
'' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ''
Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.
'' Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti. ''
'' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
'' Mari ikut saya, '' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.
Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu.
Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.
'' Apakah anda serius? ''
'' Saya serius '' Jawab wanita itu tegas.
'' Berapa tarif yang anda minta? ''
'' Setinggi-tingginya. ."
'' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
'' Saya masih perawan ''
'' Perawan? '' Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini.. Pikirnya
'' Bagaimana saya tahu anda masih perawan?''
'' Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan?''
'' Kalau tidak terbukti? "
'' Tidak usah bayar ...''
'' Baiklah ...'' Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.
'' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. ''
'' Cobalah. ''
'' Berapa tarif yang diminta? ''
'' Setinggi-tingginya. ''
'' Berapa? ''
'' Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ''
'' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. ''
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.
Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.
'' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Ini termasuk yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
'' Saya ingin yang lebih tinggi...''
'' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu berlalu.
Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.
'' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana?''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi?''
'' Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh... ''
'' Saya ingin tawaran tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.
'' Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. '' Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift.
Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.
'' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu ...
'' Berapa? '' Tanya pria itu kepada Wanita itu.
'' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan tegas.
'' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu kepada sang petugas satpam.
'' Rp.. 6 juta, tuan ''
'' Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ''
Wanita itu terdiam.
Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu.
'' Bagaimana? '' tanya pria itu.
''Saya ingin lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
'' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.
'' Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ''
'' Tentu! ''
'' Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... ''
'' Saya minta yang lebih tinggi lagi ...''
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang.
Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
'' Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ''
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.
'' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakah
itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara.
Wajah pria itu nampak masam seketika
'' Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita.
Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu.
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: '' Pak, apakah anda butuh wanita ... ??? ''
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.
'' Ada wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi.
Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.
"Dia masih perawan..''
Pria itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. '' Benarkah itu? ''
'' Benar, pak. ''
'' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''
'' Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi tingginya.''
'' Saya tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas.
Pria itu menyalami hangat wanita itu.
'' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
'' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.
Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.
Di dalam kamar ...
'' Beritahu berapa harga yang kamu minta? ''
'' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''
'' Maksud kamu? ''
'' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... ''
'' Hanya itu ...''
'' Ya ...! ''
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanita ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.
'' Siapa nama kamu? ''
'' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... '' Kata wanita itu
'' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ''
''Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ''
'' Ada ! " Kata pria itu seketika.
'' Sebutkan! ''
'' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu. Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.
'' Saya tidak mengerti ...''
'' Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...''
'' Dan, apakah bapak ikhlas...? ''
'' Apakah uang itu kurang? ''
'' Lebih dari cukup, pak ... ''
'' Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''
'' Silahkan ...''
'' Mengapa kamu begitu beraninya ... ''
'' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ... Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh`... Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan ... ''
'' Keyakinan apa? ''
'' Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita ... '' Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:
'' Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... ''
'' Kesadaran... ''
...
Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
'' Kamu sudah pulang, nak ''
'' Ya, bu ... ''
'' Kemana saja kamu, nak ... ???''
'' Menjual sesuatu, bu ... ''
'' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum ...
Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan
....
'' Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''
Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: '' Tuhan telah membeli yang saya jual... ''.
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi:
''Antar kami ke rumah sakit"
by : Laitul Kamal.